YETRON |
Jabatan
Kapolda Papua baru: satu bulan diserah terimakan dari Irjen Pol Drs
Bigman Lumban Tobing kepada Irjen Pol Dr Tito Karnavian yang sebelumnya
menjabat sebagai Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan
Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Departemen Polhukam. Meski masih
tergolong sangat baru, Tito membawa harapan baru untuk pemberantasan
Korupsi dan Penindakan Hukum terhadap pengacau keamanan di Papua.
Dirinya memberikan aroma lain dari pada Kapolda-Kapolda Papua
sebelumnya.
“penyelesaian
permasalah di Papua hanya dengan pendekatan persuasif yang diimbangi
dengan penegakan hukum, ‘Equality before the law’ semua sama dihadapan
hukum,” jelas Kapolda beberapa waktu lalu saat bertatap muka dengan para
wartawan di Engros Jayapura.
Untuk pemberantasan kasus korupsi di Papua, Kapolda meminta restu Mabes Polri dijinkan membentuk
tim khusus anti korupsi, dan menurunkan anggaran khusus untuk
operasionalnya. Saat ini timnya sedang susun, diharapkan tahun ini tim
sudah terbentuk dan awal tahun 2013 tim sudah sudah bergerak, untuk
menjalankan tim ini Mabes Polri melalui Kabareskrim berjanji memberikan
anggaran khusus.
Untuk
urusan korupsi Polda Papua tidak main-main, dan tidak padang bulu,
apakah itu dari kalangan politisi, birokrasi dan suwasta bahkan aparat
penegak hukum sekalipun.
Seoptimis
apapun Polda tidak bisa bekerja sendiri untuk pemberantasan korupsi di
Papua, karena ada instansi penegak hukum serta instasi terkait lainnya,
seperti Kejaksaan dan BPK sebagai saksi ahli. Selain itu ada tiga unsur
yang menjadi hambatan pemberantasan kasus Korupsi di Papua, mulai dari
Personil untuk penyelidikan dan penyidikan, Ketersediaan anggaran dan
juga mental. Namun meski demikian bukan menjadi alasan untuk tidak
menegakkan hukum dan membersikan Papua dari korupsi.
“saya
sudah mencari solusi dan jalan keluar, agar tidak terpaku pada tiga
permasalahan itu, untuk anggaran telah saya laporkan ke Mabes Polri dan
akan diberikan bantuan dana, untuk personil saya akan membentuk tim anti
korupsi, sedangkan untuk mental, akan menindak aparat yang ikut bersatu
dan bermain dengan pelaku korupsi ataupun memeras pelaku korupsi, untuk
hal ini saya bukan hanya menurunkan Propam tetapi akan saya pidanakan,”
jelasnya.
Bagi
Tito Karnavian yang lahir dan besar di kota empek-empek Palembang
Sumatera Selatan 26 Oktober l964 ini, wilayah Papua tidaklah asing
baginya walaupun ia tidak pernah bertugas sebagai perwira dilingkup
Polda Papua, namun banyak referensi yang sudah didapatkan tentang Papua
termasuk menganalisa serta mendiskusikan permasalahan apa saja yang
terjadi di Papua dan bagaimana solusi serta strategi penyelesaiannya
hingga ke akar masalahnya.
Beberapa
pendekatan persolan dan lembaga sudah dilakukan Tito Karnavian yang
merupakan salah satu perwira polisi yang menonjol dalam penanganan
terorisme, untuk menyelesaikan akar permasalahan yang ada di Papua.
Secara pribadi dirinya
menyimpulkan ada tiga motif pendorong persoalan di Papua, mulai dari
motif idiologi, motif materi atau kesejahteraan dan motif emosional atau
oportunis.
“Motif ideologi menyangkut sejarah, etnis yang dianggap beda etnis dan
lain-lain, sedangkan motif materi lebih menyangkut masalah kesejahteraan
dan pembangunan yang dirasa tidak berfihak kepada masyarakat, sedangkan
motif emosional atau oportunis, yang mencoba mencari kesempatan, atau
kelompok kecil yang senang membawa senjata dan membuat kekacauan, dan
ini sering terjadi,” jelasnya.
Tito lulusan Akademi Kepolisian tahun 1987/Rekonfu
ini menilai beberapa kejadian di Papua ada kelompok melakukan kekerasan
campuran antara motif idiologi dengan motif materi, karena merasa
sejarah dan etnisnya berbeda serta kesejahteraan juga hasil pembangunan
tidak dinikmati sehingga melakukan protes melalui atensi kekerasan.
“untuk persoalan ini, harus dipenuhi, dan ini menjadi tugas pemerintah,
untuk melaksanakan pembangunan dengan baik dan tepat sasaran, dan
berikan kesejahteraan itu, tugas kita adalah mengawal pembangunan itu
dengan baik,” kata Kapolda.
Sementara
untuk menangani idelogi bukan dengan kekerasan tetapi dengan
pendekatan, baik dengan cara dialog, penjelasan termasuk counter juga
pelurusan sejar dan lainnya. Tetapi menghadapi kelompok opurtunsi
jawaban terbaik adalah penegakan hukum.
Kedepan
penegakan hukum harus tegas dan jelas, dan penyelesaian akar masalah
juga wajib dilakukan, karena akar masalahnya ini kompleks, kerja sama
dari semua pihak termasuk masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan,
sebab Polisi tidak memiliki kemampuan sendiri untuk menyelesaikan akar
permasalahan di Papua.
“ibarat
gunung es, kekerasan atau inseden juga tidak kriminal yang terjadi itu
hanya puncak gunung es. Memotong puncak gunung es tidak akan
menyelesaikan masalah, karena esnya terus akan berkembang dan akan
menimbulkan puncak yang baru, oleh karena itu penyelesaiannya harus
simultan, puncaknya dipotong tetapi dibawah juga dibenahi,” ujarnya.
Itulah
sebabnya saat ini banyak masyarakat Papua menyebutkan, pengangkatan
Tito Karnavian sebagai Kapolda Papua yang penuh dengan latar belakang
pembrantasan teroris di Indonesia juga dengan prestasi, sangat tepat.
Mantan
Kapolres Serang Jawa Barat ini memberikan harapan baru keberpihak dan
penegakan hukum yang baik di Papua, masyarakat berharap kolaborasi
pelaksanaan tugas dengan Wakapolda Brigjen Pol Drs Paulus Waterpaw yang
merupakan kawan seangkatannya di Akademi Kepolisian diharapkan dapat
saling membantu dalam melaksanakan tugas pengabdiannya, seperti
sebelumnya mereka berdua pernah melaksanakan tugas di Polda Metro Jaya.
Dari
keseharian yang terlihat dan beberapa kali pertemuan dengan media dan
wartawan juga masyarakat, Jenderal Polisi berbintang dua termuda di
Indonesia ini, terlihat bersahabat namun tegas, sehingga sangat tepat
untuk memimpin pemberantasan korupsi dan kekerasan di Papua.
Beberapa
prestasi Tito yang dikenang adalah pada tahun 2001, Tito yang memimpin
Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto,
putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung
Syafiudin Kartasasmita. Dari keberhasilannya ini Tito mendapat kenaikan
pangkat luar biasa setingkat lebih tinggi menjadi Kolonel Polisi.
Prestasi
lain Tito dalam penanganan terorisme adalah bersama timnya di Densus 88
menggerebek tempat persembunyian Dr Azhari, gembong teroris asal
Malaysia di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005.
Dan
hal inipun dilakukannya ketika ia bersama Kalakhar BNN Komjen Gorries
Mere memburu jaringan teroris pimpinan Noordin Moh Top sampai dapat
menembak mati teroris yang paling diburu oleh petugas keamanan di
Indonesia, sejak peristiwa peledakan bom Bali I di Denpasar pada tanggal
12 Oktober 2002.
Dari
sejumlah prestasi Tito Karnavian melesat langkah demi langkah dengan
kenaikan pangkat menjadi Brigjen setelah menjadi Kepala Densus 88
Antiteror Mabes Polri menggantikan Brigjen Saud Usman Nasution, yang
kini menjabat sebagai Waka Bareskrim Mabes Polri.
Prestasi
tidak hanya diraihnya dibidang kepolisian, tetapi sebelum dinyatakan
sebagai doctor dalam bidang anti teroris oleh sebuah perguruan tinggi
ternama di Singapura pada tahun 2010 lalu, Tito Karnavian menyelesaikan
pendidikan S-2 di University of Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih
gelar MA dalam bidang Police Studies. Sedangkan sarjana S-1, didapatkan
setelah menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian
(PTIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih S-1 dalam bidang Police Studies.
Ketika
putra Palembang ini, menjadi satu-satunya alumni perguruan tinggi
ternama di Singapura yang mendapatkan gelar doctor, ahli teroris dalam
predikat Cum Laude, negara terkaya se Asea Tenggara itu sempat
menginginkan agar dirinya mencurahkan tenaganya di Singapura, untuk
menularkan ilmunya kepada para perwira Polisi Singapura dalam membrantas
teroris. Tapi hal itu tidak dipenuhi, karena ia ingin mengamalkan
ilmunya kepada Nusa dan Bangsa Indonesia.
Banyak
prestasi dan kemampun yang dimilikinya, tetapi tetap masih menjadi
pertanyaan setelah Jenderal berbintang dua ini menduduki jabatan Kapolda
Papua, mampukah Tito Karnavian membenahi masalah keamanan di tanah
Papua dan pemberantasan kasus korupsi yang mengerogoti dana otsus Papua.
Jawaban
atas pertanyaan ini sangat sulit untuk diprediksikan, tapi melihat
kinerjanya selama ini baik ketika ia bertugas dilingkup Reserse Polda
Metro Jaya, maupun ketika melaksanakan tugas di Densus 88 anti terror,
rasanya pertanyaan itu dapat dijawab, ditambah lagi pola kerjanya yang
selalu turun tangan langsung menghadapi semua persoalan yang dihadapi
oleh tim yang dipimpinnya.
Ketua Devisi Kepolisian PWI Pusat, Upa Labuhari pernah menyapaikan saat berbicang-bincang dengan penuis beberapa waktu lalu di Jakarta, Tito bukan orang dibelakang meja yang hanya mengenal perintah kepada anak buahnya. Ia sering ada di lapangan bertugas selama beberapa hari, sampai persoalan yang dihadapi dapat dicapai hasilnya.
Masyarakat Papua
menunggu prestasi dan torehan sejarah penegakan hokum serta
pemberantasan korupsi di tanah ini. Selama bekerja untuk Tito.