Minggu, 25 November 2012

KAPOLDA PAPUA MEMBAWA HARAPAN BARU

YETRON

Jabatan Kapolda Papua baru: satu bulan diserah terimakan dari Irjen Pol Drs Bigman Lumban Tobing kepada Irjen Pol Dr Tito Karnavian yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Departemen Polhukam. Meski masih tergolong sangat baru, Tito membawa harapan baru untuk pemberantasan Korupsi dan Penindakan Hukum terhadap pengacau keamanan di Papua. Dirinya memberikan aroma lain dari pada Kapolda-Kapolda Papua sebelumnya.
“penyelesaian permasalah di Papua hanya dengan pendekatan persuasif yang diimbangi dengan penegakan hukum, ‘Equality before the law’ semua sama dihadapan hukum,” jelas Kapolda beberapa waktu lalu saat bertatap muka dengan para wartawan di Engros Jayapura.
Untuk pemberantasan kasus korupsi di Papua, Kapolda meminta restu Mabes Polri dijinkan membentuk tim khusus anti korupsi, dan menurunkan anggaran khusus untuk operasionalnya. Saat ini timnya sedang susun, diharapkan tahun ini tim sudah terbentuk dan awal tahun 2013 tim sudah sudah bergerak, untuk menjalankan tim ini Mabes Polri melalui Kabareskrim berjanji memberikan anggaran khusus.
Untuk urusan korupsi Polda Papua tidak main-main, dan tidak padang bulu, apakah itu dari kalangan politisi, birokrasi dan suwasta bahkan aparat penegak hukum sekalipun.
Seoptimis apapun Polda tidak bisa bekerja sendiri untuk pemberantasan korupsi di Papua, karena ada instansi penegak hukum serta instasi terkait lainnya, seperti  Kejaksaan dan BPK sebagai saksi ahli. Selain itu ada tiga unsur yang menjadi hambatan pemberantasan kasus Korupsi di Papua, mulai dari Personil untuk penyelidikan dan penyidikan, Ketersediaan anggaran dan juga mental. Namun meski demikian bukan menjadi alasan untuk tidak menegakkan hukum dan membersikan Papua dari korupsi.
“saya sudah  mencari solusi dan jalan keluar, agar tidak terpaku pada tiga permasalahan itu, untuk anggaran telah saya laporkan ke Mabes Polri dan akan diberikan bantuan dana, untuk personil saya akan membentuk tim anti korupsi, sedangkan untuk mental, akan menindak aparat yang ikut bersatu dan bermain dengan pelaku korupsi ataupun memeras pelaku korupsi, untuk hal ini saya bukan hanya menurunkan Propam tetapi akan saya pidanakan,” jelasnya.
Bagi Tito Karnavian yang lahir dan besar di kota empek-empek Palembang Sumatera Selatan 26 Oktober l964 ini, wilayah Papua tidaklah asing baginya walaupun ia tidak pernah bertugas sebagai perwira dilingkup Polda Papua, namun banyak referensi yang sudah didapatkan tentang Papua termasuk menganalisa serta mendiskusikan permasalahan apa saja yang terjadi di Papua dan bagaimana solusi serta strategi penyelesaiannya hingga ke akar masalahnya.
Beberapa pendekatan persolan dan lembaga sudah dilakukan Tito Karnavian yang merupakan  salah satu perwira polisi yang menonjol dalam penanganan terorisme, untuk menyelesaikan akar permasalahan yang ada di Papua.
Secara pribadi dirinya menyimpulkan ada tiga motif pendorong persoalan di Papua,  mulai dari motif idiologi, motif materi atau kesejahteraan dan motif emosional atau oportunis.
“Motif ideologi menyangkut sejarah, etnis yang dianggap beda etnis dan lain-lain, sedangkan motif materi lebih menyangkut masalah kesejahteraan dan pembangunan yang dirasa tidak berfihak kepada masyarakat, sedangkan motif emosional atau oportunis, yang mencoba mencari kesempatan, atau kelompok kecil yang senang membawa senjata dan membuat kekacauan, dan ini sering terjadi,” jelasnya.
Tito lulusan Akademi Kepolisian tahun 1987/Rekonfu ini menilai beberapa kejadian di Papua ada kelompok melakukan kekerasan campuran antara motif idiologi dengan motif materi, karena merasa sejarah dan etnisnya berbeda serta kesejahteraan juga hasil pembangunan tidak dinikmati sehingga melakukan protes melalui atensi kekerasan.
“untuk persoalan ini, harus dipenuhi, dan ini menjadi tugas pemerintah, untuk melaksanakan pembangunan dengan baik dan tepat sasaran, dan berikan kesejahteraan itu, tugas kita adalah mengawal pembangunan itu dengan baik,” kata Kapolda.
Sementara untuk menangani idelogi bukan dengan kekerasan tetapi dengan pendekatan, baik dengan cara dialog, penjelasan termasuk counter juga pelurusan sejar dan lainnya. Tetapi menghadapi kelompok opurtunsi jawaban terbaik adalah penegakan hukum.
Kedepan penegakan hukum harus tegas dan jelas, dan penyelesaian akar masalah juga wajib dilakukan, karena akar masalahnya ini kompleks, kerja sama dari semua pihak termasuk masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan, sebab Polisi tidak memiliki kemampuan sendiri untuk menyelesaikan akar permasalahan di Papua.
“ibarat gunung es, kekerasan atau inseden juga tidak kriminal yang terjadi itu hanya puncak gunung es. Memotong puncak gunung es tidak akan menyelesaikan masalah, karena esnya terus akan berkembang dan akan menimbulkan puncak yang baru, oleh karena itu penyelesaiannya harus simultan, puncaknya dipotong tetapi dibawah juga dibenahi,” ujarnya.
Itulah sebabnya saat ini banyak masyarakat Papua menyebutkan, pengangkatan Tito Karnavian sebagai Kapolda Papua yang penuh dengan latar belakang pembrantasan teroris di Indonesia juga dengan prestasi, sangat tepat.
Mantan Kapolres Serang Jawa Barat ini memberikan harapan baru keberpihak dan penegakan hukum yang baik di Papua, masyarakat berharap kolaborasi pelaksanaan tugas dengan Wakapolda Brigjen Pol Drs Paulus Waterpaw yang merupakan kawan seangkatannya di Akademi Kepolisian diharapkan dapat saling membantu dalam melaksanakan tugas pengabdiannya, seperti sebelumnya mereka berdua pernah melaksanakan tugas di Polda Metro Jaya.
Dari keseharian yang terlihat dan beberapa kali pertemuan dengan media dan wartawan juga masyarakat, Jenderal Polisi berbintang dua termuda di Indonesia ini, terlihat bersahabat namun tegas, sehingga sangat tepat untuk memimpin pemberantasan korupsi dan kekerasan di Papua.
Beberapa prestasi Tito yang dikenang adalah pada tahun 2001, Tito yang memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita. Dari keberhasilannya ini Tito mendapat kenaikan pangkat luar biasa setingkat lebih tinggi menjadi Kolonel Polisi.
Prestasi lain Tito dalam penanganan terorisme adalah bersama timnya di Densus 88 menggerebek tempat persembunyian Dr Azhari, gembong teroris asal Malaysia di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005.
Dan hal inipun dilakukannya ketika ia bersama Kalakhar BNN Komjen Gorries Mere memburu  jaringan teroris pimpinan Noordin Moh Top sampai dapat menembak mati teroris yang paling diburu oleh petugas keamanan di Indonesia, sejak peristiwa peledakan bom Bali I di Denpasar pada tanggal 12 Oktober 2002.
Dari sejumlah prestasi Tito Karnavian melesat langkah demi langkah dengan kenaikan pangkat menjadi Brigjen setelah menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggantikan Brigjen Saud Usman Nasution, yang kini menjabat sebagai Waka Bareskrim Mabes Polri.
Prestasi tidak hanya diraihnya dibidang kepolisian, tetapi sebelum dinyatakan sebagai doctor dalam bidang anti teroris oleh sebuah perguruan tinggi ternama di Singapura pada tahun 2010 lalu, Tito Karnavian  menyelesaikan pendidikan S-2 di University of Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies. Sedangkan sarjana S-1, didapatkan setelah menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih S-1 dalam bidang Police Studies.
Ketika putra Palembang ini, menjadi satu-satunya alumni perguruan tinggi ternama di Singapura yang mendapatkan gelar doctor, ahli teroris dalam predikat Cum Laude, negara terkaya se Asea Tenggara itu sempat menginginkan agar dirinya mencurahkan tenaganya di Singapura, untuk menularkan ilmunya kepada para perwira Polisi Singapura dalam membrantas teroris. Tapi hal itu tidak dipenuhi, karena ia ingin mengamalkan ilmunya kepada Nusa dan Bangsa Indonesia.
Banyak prestasi dan kemampun yang dimilikinya, tetapi tetap masih menjadi pertanyaan setelah Jenderal berbintang dua ini menduduki jabatan Kapolda Papua, mampukah Tito Karnavian membenahi masalah keamanan di tanah Papua dan pemberantasan kasus korupsi yang mengerogoti dana otsus Papua.
Jawaban atas pertanyaan ini sangat sulit untuk diprediksikan, tapi melihat kinerjanya selama ini baik ketika ia bertugas dilingkup Reserse Polda Metro Jaya, maupun ketika melaksanakan tugas di Densus 88 anti terror, rasanya pertanyaan itu dapat dijawab, ditambah lagi pola kerjanya yang selalu turun tangan langsung menghadapi semua persoalan yang dihadapi oleh tim yang dipimpinnya.
Ketua Devisi Kepolisian PWI Pusat, Upa Labuhari pernah menyapaikan saat berbicang-bincang dengan penuis beberapa waktu lalu di Jakarta, Tito bukan orang dibelakang meja yang hanya mengenal perintah kepada anak buahnya. Ia sering ada di lapangan bertugas selama beberapa hari, sampai persoalan yang dihadapi dapat dicapai hasilnya.
Masyarakat Papua menunggu prestasi dan torehan sejarah penegakan hokum serta pemberantasan korupsi di tanah ini. Selama bekerja untuk Tito.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar